Padi adalah bahan pokok
utama yang selalu dibutuhkan masyarakat Indonesia dan merupakan komoditas
strategis nasional karena mempunyai nilai bisnis yang sangat besar dan nilai
politis yang tinggi. Untuk itu, upaya peningkatan produksi padi terus dilakukan
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara:
·
Peningkatan luas tanam/cetak sawah baru
Hal ini sulit bahkan
tidak mungkin dilakukan di kabupaten Agam provinsi Sumatera Barat, yang ada
malah sebaliknya dimana areal sawah banyak yang berubah menjadi perumahan
·
Peningkatan produtivitas
·
Menekan kehilangan hasil
Pascapanen
hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan
(pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan, peternakan, dan perikanan sampai siap untuk dipasarkan. Hasil utama
pertanian adalah hasil utama masyian yang merupakan produk utama untuk tujuan
usaha pertanian dan diperoleh hasil melalui maupun tidak melalui proses
pengolahan .
Sedangkan penanganan
pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada tahapan
pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau
diolah lebih lanjut oleh industri. Penanganan pascapanen hasil pertanian
meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil
pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu
hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi. Kegiatan
pascapanen padi meliputi pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan,
penggilingan, pengolahan, transportasi, penyimpanan, standardisasi mutu dan
penanganan limbah.
Penanganan pascapanen
hasil pertanian bertujuan untuk menekan tingkat kerusakan hasil panen komoditas
pertanian dengan meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas pertanian. Berdasarkan
uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa penanganan pascapanen mempunyai
peranan yang sangat penting untuk meningkatkan produksi padi melalui penurunan
kehilangan hasil dan peningkatan kualitas hasil serta mengatasi masalah yang
dihadapi petani. Namun demikian, karena terlalu banyaknya masalah yang
dihadapi, maka penanganan pascapanen tidak dapat menyelesaikan semua masalah
secara sekaligus. Oleh karena itu perlu menetapkan prioritas masalah yang akan
diatasi.
Masalah utama dalam
penanganan pascapanen padi yang dihadapi petani adalah masih tingginya
kehilangan hasil selama penanganan pascapanen dan rendahnya mutu gabah dan
beras yang dihasilkan. Rendahnya mutu gabah disebabkan oleh tingginya kadar
kotoran dan gabah hampa serta butir mengapur mengakibatkan rendahnya rendemen
beras giling yang diperoleh.
Penyebab tingginya kehilangan hasil sewaktu melaksanakan panen adalah :
1. Penanganan
panen dan pasca panen padi masih banyak ditangani secara tradisional dan relatif
tertinggal jika dibandingkan kegiatan pra panen, hal ini antara lain ditandai
dengan rendahnya penerapan sarana dan teknologi panen/pasca panen serta
pengelolaan hasil panen yang belum optimal.
2. Waktu panen
yang kurang tepat
3. Terbatasnya
peralatan pendukung
4. Belum
optimalnya pemanfaatan teknologi dan dukungan peralatan mesin pasca panen
5. Penempatan
dan pengalokasian peralatan mesin pasca panen yang kurang tepat
6.
Kemampuan dan pengetahuan petani dalam penanganan
panen dan pasca panen masih terbatas
7.
Belum adanya SOP (Standar Operasional Prosedur)
Beberapa kehilangan hasil yang dikarenakan oleh kelalaian petani:
a.
Kehilangan hasil pada saat panen
o
Pemanenan yang
dilakukan sebelum umur optimal menyebabkan kualitas gabah yang kurang baik
karena tingginya persentase butir hijau pada gabah
o
Sedangkan panen yang
dilakukan setelah lewat masak akan
menyebabkan jumlah gabah yang hilang
karena rontok saat pemotongan akan besar.
o
Hal ini akan
menurunkan kualitas beras yang dihasilkan.
Faktor
penyebabnya adalah :
·
Varietas
·
Umur panen
·
Kadar air panen
·
Alat dan cara panen
·
Perilaku tenaga panen
·
Sosial Budaya
Masyarakat
·
Tingkat Pendidikan
Petani
·
Kelembagaan yang ada
di masyarakat
MUTU GABAH adalah :
Ø Kadar air
Ø Kebersihan (bebas dari
kotoran, batu, kerikil dll)
Ø Kemurnian Varietas
Ø Rendemen Penggilingan
MUTU BERAS adalah :
Ø Warna
Ø Kebersihan (bebas dari
kotoran, batu, kerikil dll)
Ø Keseragaman butiran
Ø Jumlah beras kepala
(utuh) dan beras patah
Varietas unggul lokal
kabupaten Agam adalah padi/beras Ampek
Angkek karena memiliki beberapa keunggulan dibanding varietas lainnya,
diantaranya :
1. Hasil panen yang
didapat lebih banyak, karena anakan padi ini rata" diatas 50 anakan per
rumpun, bahkan ada yang lebih 100 anakan seperti yang terdapat dilahankelompok.
2. Potensi hasilnya 6,9
– 8,8 ton/ha
3. Harga gabahnya
paling tinggi dengan selisih Rp. 200/kg dibanding varietas lain.
4. Harga beras juga
lebih mahal Rp.1500-2000 per kilo dibanding beras lainnya.
5. Termasuk jenis padi
yang ulet, maksudnya dengan kondisi tanah yang pH-nya rendah atau kami
menyebutnya kondisi tanah 'langek', padi ini tetap mampu tumbuh baik. Apalagi jika kondisi tanahnya subur.
6. Sangat cocok dengan metoda padi salibu.
7. Jika padi ini
dimakan tikus, jika batangnya dipotong akan mampu tumbuh kembali dengan hasil
padi yang baik pula.
8. Karena daun bendera
padi ini tinggi, hama burung pun enggan menghampirinnya.
9. Memang umur padi
ini relatif lama yakni 6 bulan, tapi hasil yang didapat tidak membuat petani
rugi.
10. Benih tua pun padi
Ampek Angkek ini akan tetap menghasilkan panen yang bagus. Kalau benih sudah
lebih 2 bulan, maka panen dapat dilakukan kurang 15 hari dari yang biasanya.
11. Padi Ampek Angkek
dan semua jenis padi yang ditanam di kec Ampek Angkek adalah padi yang ramah
lingkungan. Karena tidak memakai pestisida.
Tahapan untuk mendapatkan gabah dan beras yang
berkualitas.
A.
Penentuan saat panen
Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan :
Ø Pengamatan visual
Pengamatan visual
dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah. Berdasarkan kenampakan visual, umur panen
optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah
berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut
akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling
yang tinggi.
Ø Pengamatan Teoritis
-
Pengamatan teoritis
dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi
-
Berdasarkan kondisi
varietas padi yaitu 30 sampai 35 hari setelah berbunga
-
Kadar air 22 – 23 %
saat musim kemarau dan 24 – 26 % saat musim penghujan
B.
Pemanenan
Pemanenan padi harus dilakukan pada saat yang tepat. Panen yang terlalu
cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah, yaitu banyak butir
gabah menjadi rendah, yaitu banyak butir hijau atau butir berkapur. Bila hal
ini terjadi, nantinya akan diperoleh beras yang mudah hancur saat digiling.
Sebaliknya, panen yang terlambat dapat menurunkan produksi karena banyak butir
gabah yang sudah dimakan burung atau tikus dan akan banyak gabah yang
berserakan akibat terlalu masak. Pemanenan dapat dilakukan secara manual atau
secara mekanis, yang secara manual biasanya dengan menggunakan ani-ani, sabit,
dan sabit bergerigi dan yang secara mekanis telah banyak yang
menggunakanmesinpemanen.
C.
Penumpukan Sementara
Penumpukan
dan pengumpulan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah padi
dipanen. Ketidak-tepatan dalam penumpukan dan pengumpulan padi dapat
mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau
mengurangi terjadinya kehilangan hasil sebaiknya pada waktu penumpukan dan
pengangkutan padi menggunakan alas.
Kehilangan hasil pada saat penumpukan sementara
o
Tenaga pemanen
melakukan penumpukan dengan tergesa – gesa dan tanpa alas
o
Saat pengangkutan ke
tempat penumpukan, sudah pasti ada padi yang tertinggal di tanah akibat tidak
di alas
D.
Perontokan
i.
Kehilangan hasil pada saat Perontokan
o
Ukuran alas perontokan
menjadi faktor utama kehilangan hasil
o
Umur panen padi yang
tidak tepat
o
Untuk beberapa
varietas, penundaan waktu perontokkan setelah panen bisa mengurangi kehingan
hasil perontokan
o
Alat/cara
perontokan berpengaruh terhadap jumlah
losis.
o
Berbagai alat atau
cara perontokan
-
Manual :
- Iles, Tongkang
-
Meknik :
- Power thresher , Combine
harvester
o
Pembersihan gabah dari
kotoran dan jerami dilakukan dengan menggunakan lumbo/kipeh sehingga akan
didapat gabah bernas 98%. Dengan gabah yang sudah bernas ini, akan mempengaruhi
kualitas beras yang dihasilkan.
E. Mengitung losis
Kehilangan hasil saat melakukan pemanenan, selama ini kurang menjadi perhatian
bagi petani. Padahal tidak sedikit
kerugian yang dialami ketika tidak memperlakukan proses pemanenan dan
perontokan padi secara baik dan benar.
a.
Penghitungan Kehilangan hasil saat panen (padi Ampek Angkek )
Keterangan :
Bt = berat butir gabah bernas yang menempel di papan à dengan tabel konversi susut
panen
Bgt =
berat butir gabah bernas yang menempel pada alas penumpukan
sementara
Bp = berat hasil panen
ubinan 5 x 5 m
Lp = luas ubinan 5 x 5
meter
Berat 1 butir gabah bernas = 0,022 gram
Contoh:
1. Jumlah butir gabah bernas yang menempel di 9 papan = 110 butir
à dari tabel konversi diperoleh jumlah susut = 66 kg/ha
2.Dari
hasil panen ubinan 5 x 5 meter diperoleh hasil 21,4 kg gabah
à per
hektarnya = 21,4 kg/25 m2 x
10.000m2 = 8.560 kg/ha
3.Jml
butir gabah bernas pd alas penumpukan sementara = 2890 butir
à
jika berat 1 butir = 0,022 gram, maka 2890 x 0,022 = 63,58 gram
à per
hektarnya = 63,58
kg/25 m2 x 10.000m2 = 25.432 gram/ha
= 25,43 kg/ha
ii.
Penghitungan Kehilangan saat melakukan Perontokan padi
Contoh:
Gabah/padi 100 kg yang ditimbang dengan batang padi
yang dirontokkan secara manual
:
Berat gabah bersih : 36 kg (BT0)
Berat Jerami : 56,5 kg
Berat Kotoran : 6,13 kg
Berat Debu : 1,25 kg
BT1 = 5.788 x 0,022 gr
= 127,3 gram
= 0,12 kg
BT2 = 126 x 0,022 gr
= 2,77 gram
= 0,002 kg x 56,5 kg (berat jerami)
= 0,113 kg
BT2 = 8.102 x 0,022 gr
= 178,2 gram
= 1,042 kg
SPr =
1,273 x 100%
37,273
= 3,41 %
Dari hasil
penghitungan kehilangan panen (losis), dapat kita ketahui berapa kerugian yang
kita alami. Jika harga Gabah Kering
Panen (GKP) Rp 5.800 per/kg
-
Kerugian akibat losis
panen
= 0,97 % x Rp 5.800 x 8.560 kg
= Rp 481.585,-
-
Kerugian akibat losis
perontokan
= 3,41 % x Rp 5.800 x 8.560 kg
= Rp 1.692.996,-
-
Total kerugian yang
dialami oleh petani akibat dari ketidak hati-hatian akan “hal sepele ini” adalah Rp 2.174.581,-
Semua itu kembali kepada pribadi masing – masing petani, walaupun kehilangan dari hasil panen dan
perontokan tidak dapat hilangkan namun dapat dikurangi.
F.
Pengeringan
Proses
pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas
tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian sebelum bahan
diolah menjadi beras. Padi setelah dipanen dan dirontok akan menghasilkan gabah
yang mempunyai kadar air sekitar 20% sampai 25%. Gabah hasil panen tersebut
baru dapat disimpan atau digiling dengan baik apabila kadar air diturunkan
hingga mencapai kadar air yaitu sekitar 14%. Petani padi pada umumnya
menjemur/mengeringkan gabah dengan cara menghamparkan gabah pada terpal plastik
dan juga pada lantai jemur yang beralaskan semen. Penjemuran/ pengeringan
dengan alas terpal plastik merupakan cara konvensional pengeringan gabah yang
paling popular di Indonesia, karena lebih murah dibandingkan pengeringan buatan
(makanis atau semi mekanis). Padi yang sudah selesai dituai harus segera
dikeringkan dengan menjemur dibawah panas matahari. Penjemuran cukup 2-3 hari,
tiap hari selama 3-4 jam. Selama dijemur perlu dibalik setiap jamnya agar
keringnya merata
Tujuan
pengeringan gabah adalah :
-
Menurunkan kadar air gabah yang pada waktu panen kadar air gabah
23-27%, setelah dikeringkan kadar airnya 13-14%. Dengan kadar air seperti ini,
gabah dapat tahan lama dalam penyimpanan.
-
Meringankan pengangkutan, dengan berat gabah
berkurang biayapengangkutandapatditekan.
-
Untuk mempersiapkan pengelolan gabah
lebih lanjut. Gabah yang masih basah tidak bisa diproses atau dijadikan beras
dengan baik.
-
Untuk meningkatkan kualitas gabah/beras.
Penundaan pengeringan dapat menyebabkan pembusukan, turunnya mutu, dan kerugian fisik yang meningkat secara dramatis dalam 2-3 hari setelah perontokan. Padi dengan kadar air tinggi (>20%) harus dikeringkan secepat mungkin sampai 18 % lalu ke 14 % untuk memelihara bau, kualitas dan proses di penggilingan.
F. Penggilingan
Penundaan pengeringan dapat menyebabkan pembusukan, turunnya mutu, dan kerugian fisik yang meningkat secara dramatis dalam 2-3 hari setelah perontokan. Padi dengan kadar air tinggi (>20%) harus dikeringkan secepat mungkin sampai 18 % lalu ke 14 % untuk memelihara bau, kualitas dan proses di penggilingan.
F. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses akhir
terakhir untuk mengubah gabah menjadi beras. Penggilingan adalah proses
pemisahan antara beras dengan kulitnya yang meliputi pengupasan sekam,
pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Penggilangan Padi
Kecil (PPK) yang telah di revitalisasi oleh pemerintah, mampu mencapai rendemen
65%. Beras yang dihasilkan pun memiliki
kualitas yang bagus tergantung perlakuaan kita sebelumnya, mulai dari pemanenan
sampai penggeringan.
G. Penyimpanan
Setelah
dilakukan pengeringan, gabah dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu
tergantung tingkat kekeringan dari gabah tersebut.
Pengaruh
kadar air terhadap lamanya penyimpanan gabah:
1) Jika
kadar air 14% maka gabah dapat disimpang hingga 2 tahun
2) Jika
kadar air 15% maka gabah dapat disimpang hingga 1 tahun
3) Jika
kadar air 16% maka gabah dapat disimpang hingga 6 bulan
4) Jika
kadar air 17% maka gabah dapat disimpang hingga 3 bulan
5) Jika
kadar air 18% maka gabah dapat disimpang hingga 45 hari
6) Jika
kadar air 19% maka gabah dapat disimpang hingga 25 hari
7) Jika
kadar air 20% maka gabah dapat disimpang hingga 20 hari
8) Jika
kadar air 21% maka gabah dapat disimpang hingga 15 hari
9) Jika
kadar air 22% maka gabah dapat disimpang hingga 3-5 hari
10) Jika
kadar air 23% maka gabah dapat disimpang hingga 1 hari
Kesalahan
pada waktu penyimpanan, dapat menyebabkan kerusakan pada padi seperti timbulnya
jamur yang berakibat pada menurunya kualitas beras. Penyimpanan beras dapat dilakukan dengan cara
curah, yaitu tanpa menggunakan kemasan dan penyimpanan dengan menggunakan
kemasan seperti dalam karung dan kantong plastik.
Kerusakan
beras, dapat disebabkan oleh :
1) Faktor
Internal
Hal
ini disebabkan karena penyosohan beras yang kurang bersih, bekatul yang masih
menempel pada beras yang berakibat beras menjadi bau dan berwarna kusam
kehitaman .
2) Faktor
Eksternal
Kerusakan
yang dikarenakan oleh serangan serangga dan juga tikus, burung. Ini berakibat pada berlubangnya beras dan
menjadi bau sehingga bobotnya pun menjadi berkurang.
Pencegahan
menjadi hal yang utama yaitu:
ü Beras
harus kering dengan kadar air maksimal 14% atau kurang
ü Derajat
sosoh sempurna
ü Pengemasan
dengan kantong plastik yang baik
ü Ruang
penyimpanan yang bersih dan sejuk
ü Terhindar
dari serangga, tikus dan burung
H.Pengemasan
Penyimpanan
dalam kemasan dilakukan dengan beberapa bentuk :
Karung
-
Kemasan harus dapat melindungi beras
dari kerusakan
-
Kemasan tidak membuat beras menjadi
rusak
-
Kemasan harus kuat
Kelebihannya
:
-
Karena karung berlobang-lobang kecil,
gabah tidak harus disimpan dalam keadaan kering sekali
-
Dapat dipasangi label sehingga diisi
dengan berbagai jenis
-
Mudah dipindahkan
Kekurangannya
:
-
Mudah rusak sehingga hanya dapat dipakai
sekali
-
Tidak aman dari ancaman air,
serangga dan tikus
-
Tidak dapat disimpan dalam waktu
yang lama
Cara
penyimpanan :
-
Disimpan dengan kadar air 12 – 14%
-
Kemasan dan beras dalam keadaan bersih
-
Ditumpuk dengan menggunakan alas dan
tidak langsung diatas lantai
Kemasan Plastik
Beras dimasukkan kedalam kantong-kantong plastik dengan ukuran tertantu
yang kemudian disimpan secara bertumpuk. Caranya :
-
Bersihkan tempat penyimpanan
-
Gunakan balok kayu dan papan sebagai
alas
-
Pisahkan setiap ukuran dengan maksimal
15 tumpukan
PENUTUP
Demikianlah sedikit
uraian tentang cara penangan pasca panen padi sampai diolah menjadi beras agar
beras yang kita dapatkan dan kita konsumsi adalah beras terbaik dengan kualitas
premium. Jadi setiap langkah dalam pelaksanaan pasca panen merupakan hal yang
mempengaruhi langkah kerja kita berikutnya
Dengan adanya buku ini
bisa menjadi acuan bagi para petani untuk lebih baik lagi melakukan proses
pasca panen sehingga usaha kita dalam budidaya tanaman padi tidak menjadi
sia-sia disebabkan perlakuan pasca panen yang kurang baik. Proses pengolahan
gabah menjadi beras pun tidak terlepas dari perhatian kita agar beras yang
dihasilkan sesuai dengan yang kita harapkan.
Semoga buku ini bisa
bermanfaat bagi kita semua. Dan kami
mengharapkan kritik dan sarannya demi perbaikan buku ini kedepannya dan juga
demi kesejahteraan petani agar segala sesuatu yang dilakukan petani membuat
petani sejahtera. Amiin.
Biografi
Ø Nama Lengkap : DEDDY
ALFIANTO
Ø Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi
/ 31 Desember 1975
Ø Jenis Kelamin : Laki-laki
Ø Usahatani :
ü Padi :
0,75 Ha
ü Hortikultura : 0,25 Ha
ü Perternakan Kambing
Ø Kelompoktani : Rimbun
Ø Gapoktan : Limo Jurai
Ø Pendidikan Terakhir : SLTA ( MAN Koto Baru, Padang Panjang
)
Ø Alamat :
ü Jorong : Parik Putuih
ü Nagari : Ampang
Gadang
ü Kecamatan : Ampek Angkek
ü Kabupaten : Agam
ü Provinsi : Sumatera Barat
Ø Kontak Person :
ü HP / WA : 085278169916
ü Pin BBM :5945B4A9