Senin, 12 Oktober 2015

Menghitung kehilangan (losis) panen padi


Dalam melakukan pemanenan padi, kita petani sering kali mengabaikan hal-hal sepele seperti tercecernya atau berserakannya padi sewaktu kita memanen. Hal ini dikarenakan para petani masih melakukan penanganan pasca panen secara sederhana (tradisional) belum tepat guna sehingga kurang efektif dan efisien akibatnya akan menimbulkan susut hasil yang tinggi.
Sangat jarang hal ini menjadi perhatian kita bersama, sehingga dengan beberapa aspek berikut ini, kita menyadari akan hal-hal sepele tersebut jika kita hitunng atau kumpulkan, bisa menjadi renungan bagi petani dan penyuluh serta konsumen, begitu berharganya padi tersebut.



Beberapa kehilangan hasil yang dikarenakan oleh kelalaian petani:
1. Kehilangan hasil pada saat panen :
     * Umur panen
     * Kadar air panen
     * Alat dan cara panen
     * Perilaku tenaga panen (SDM)
2. Kehilangan hasil pada saat penumpukan sementara :
     * Tenaga pemanen melakukan penumpukan dg sangat  tergesa-gesa dan tanpa alas, untuk mendapatkan
         jumlah panen yang sebanyak-banyaknya 5–10 rumpun,sehingga menimbulkan potensi kehilangan hasil   yang cukup besar.

3. Kehilangan Hasil Pada Saat Penumpukan :
     * Kehilangan terjadi karena gabah akan tercecer pada
        lokasi disekitar perontokan gabah, umumnya dalam
        melakukan kegiatan ini tidak ada seorangpun yang
        melakukan dengan menggunakan wadah/ alas untuk
        menumpuk hasil panen.
4. Kehilangan Hasil Pada Saat Perontokan :
     * Susut dapat terjadi karena adanya gabah yang
        tertinggal pada malai, juga kerusakan mekanis yang di
        sebabkan oleh peralatan atau mesin yg digunakan.
Disamping itu, penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penanganan pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah.
 
       Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan :
    

1. Pengamatan Visual   
   Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah.  Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan.
   Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi.
2. Pengamatan Teoritis
       Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester.
       Berdasarkan deskripsi varietas padi :
   - umur panen padi yang tepat adalah 30 s/d 35 hari setelah berbunga (HSB)
       Berdasarkan kadar air :
    umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim penghujan
       Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi.  Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. 
       Cara perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot/banting menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher, serta thresher lipat bermotor. 
Berikut ini tata cara penghitungan kehilangan hasil padi yang telah kami lakukan sebanyak 4 kali dan ini adalah contoh losis padi padi varietas ampek angkek. 

 



 
 
 

  


Dari data diatas, kita bisa memperkirakan uang yang kita hamburkan pada saat panen saja. 
0,97%  dikalikan harga gabah dan dikalikan dengan potensi hasil 1 tonnya. Jika saat ini harga gabah kering panen Rp 4.850 dan hasil ubinan 8.560 kg/ha, maka kerugian yang dialami petani adalah Rp 402.705 perhektarnya atau 83 kg gabah/ha.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar