Dalam melakukan pemanenan padi, kita petani sering kali mengabaikan hal-hal sepele seperti tercecernya atau berserakannya padi sewaktu kita memanen. Hal ini dikarenakan para petani
masih melakukan penanganan pasca panen secara sederhana (tradisional) belum tepat
guna sehingga kurang efektif dan efisien akibatnya akan
menimbulkan susut hasil yang tinggi.
Sangat jarang hal ini menjadi perhatian kita bersama, sehingga dengan beberapa aspek berikut ini, kita menyadari akan hal-hal sepele tersebut jika kita hitunng atau kumpulkan, bisa menjadi renungan bagi petani dan penyuluh serta konsumen, begitu berharganya padi tersebut.
Beberapa kehilangan hasil yang dikarenakan oleh kelalaian petani:
1. Kehilangan hasil pada saat panen :
* Umur panen
* Kadar air panen
* Alat dan cara
panen
* Perilaku tenaga
panen (SDM)
2. Kehilangan hasil pada saat penumpukan sementara :
* Tenaga pemanen
melakukan penumpukan dg sangat tergesa-gesa dan tanpa alas, untuk
mendapatkan
jumlah panen
yang sebanyak-banyaknya 5–10 rumpun,sehingga
menimbulkan potensi kehilangan hasil yang cukup besar.
3. Kehilangan Hasil Pada Saat Penumpukan :
* Kehilangan
terjadi karena gabah akan tercecer pada
lokasi disekitar
perontokan gabah, umumnya dalam
melakukan
kegiatan ini tidak ada seorangpun yang
melakukan
dengan menggunakan wadah/ alas untuk
menumpuk hasil
panen.
4. Kehilangan Hasil Pada Saat Perontokan :
* Susut dapat
terjadi karena adanya gabah yang
tertinggal
pada malai, juga kerusakan mekanis yang di
sebabkan oleh
peralatan atau mesin yg digunakan.
Disamping itu, penentuan saat panen merupakan tahap awal
dari kegiatan penanganan pasca panen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat
panen dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu gabah/beras
yang rendah.
• Penentuan saat panen dapat dilakukan
berdasarkan :
1. Pengamatan
Visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat
kenampakan padi pada hamparan lahan sawah.
Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila
90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning
keemasan.
Padi yang
dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga
menghasilkan rendemen giling yang tinggi.
2. Pengamatan
Teoritis
• Pengamatan teoritis dilakukan dengan
melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture
tester.
• Berdasarkan deskripsi varietas padi
:
- umur panen padi yang tepat adalah 30 s/d 35 hari
setelah berbunga (HSB)
• Berdasarkan kadar air :
umur panen optimum dicapai setelah kadar air gabah
mencapai 22 – 23 % pada musim kemarau, dan antara 24 – 26 % pada musim
penghujan
• Perontokan merupakan tahap penanganan
pasca panen setelah pemotongan, penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat
ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %.
• Cara perontokan padi telah mengalami
perkembangan dari cara digebot/banting menjadi menggunakan pedal thresher dan power thresher,
serta thresher lipat bermotor.
Berikut ini tata cara penghitungan kehilangan hasil padi yang telah kami lakukan sebanyak 4 kali dan ini adalah contoh losis padi padi varietas ampek angkek.
Dari data diatas, kita bisa memperkirakan uang yang kita hamburkan pada saat panen saja.
0,97% dikalikan harga gabah dan dikalikan dengan potensi hasil 1 tonnya. Jika saat ini harga gabah kering panen Rp 4.850 dan hasil ubinan 8.560 kg/ha, maka kerugian yang dialami petani adalah Rp 402.705 perhektarnya atau 83 kg gabah/ha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar