Sabtu, 20 Februari 2016

Menghitung kehilangan hasil (losis) panen dan perontokan padi ampek angkek


Kehilangan hasil atau susut panen dapat diartikan sebagai Padi yang tercecer/hilang selama proses panen dan pasca panen yang tidak dapat diselamatkan. Faktornya sangat subjektif tergantung siapa yang malakukan proses panen dan pasca panen.
Beberapa kehilangan hasil yang dikarenakan oleh kelalaian petani:
a.      Kehilangan hasil pada saat panen
o   Pemanenan yang dilakukan sebelum umur optimal menyebabkan kualitas gabah yang kurang baik karena tingginya persentase butir hijau pada gabah
o   Sedangkan panen yang dilakukan setelah lewat   masak akan menyebabkan jumlah  gabah yang hilang karena rontok saat pemotongan akan besar.
Faktor penyebabnya adalah :
·         Varietas
·         Umur panen
·         Kadar air panen
·         Alat dan cara panen
·         Perilaku tenaga panen
·         Sosial Budaya Masyarakat
·         Tingkat Pendidikan Petani
·         Kelembagaan yang ada di masyarakat
Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan :
Ø  Pengamatan visual
Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan sawah.  Berdasarkan kenampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi.
Ø  Pengamatan Teoritis
-        Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi
-        Berdasarkan kondisi varietas padi yaitu 30 sampai 35 hari setelah berbunga
-        Kadar air 22 – 23 % saat musim kemarau dan 24 – 26 % saat musim pennghujan
b.      Kehilangan hasil pada saat penumpukan sementara
o   Tenaga pemanen melakukan penumpukan dengan tergesa – gesa dan tanpa alas
o   Saat pengangkutan ke tempat penumpukan, sudah pasti ada padi yang tertinggal di tanah akibat tidak di alas
a.      Kehilangan hasil pada saat Perontokan
o   Ukuran alas perontokan menjadi faktor utama kehilangan hasil
o   Umur panen padi yang tidak tepat
o   Untuk beberapa varietas, penundaan waktu perontokkan setelah panen bisa mengurangi kehingan hasil perontokan
o   Alat/cara perontokan  berpengaruh terhadap jumlah losis. Berbagai alat atau cara perontokan seperti di iles, di tongkang, dengan power thresher dan juga combine harvester.
 a.      Penghitungan Kehilangan hasil saat panen (padi Ampek Angkek )
 
 
 
 
Keterangan :

Bt =  berat butir gabah bernas yang menempel di papan  à dengan tabel konversi susut panen
Bgt = berat butir gabah bernas yang menempel pada alas penumpukan sementara
Bp = berat hasil panen ubinan 5 x 5 m
Lp = luas ubinan 5 x 5 meter
Berat 1 butir gabah bernas = 0,022 gram

 
 
Contoh:
1. Jumlah butir gabah bernas yang menempel di 9 papan = 110 butir
            à dari tabel konversi diperoleh jumlah susut = 66 kg/ha
2.Dari hasil panen ubinan 5 x 5 meter diperoleh hasil 21,4 kg gabah
            à per hektarnya = 21,4 kg/25 m2 x 10.000m2 = 8.560 kg/ha
3.Jml butir gabah bernas pd alas penumpukan sementara = 2890 butir
            à jika berat 1 butir = 0,022 gram, maka 2890 x 0,022 = 63,58 gram
            à per hektarnya = 63,58 kg/25 m2 x 10.000m2 = 25.432 gram/ha
                        = 25,43 kg/ha
 


b.      Penghitungan Kehilangan saat melakukan Perontokan padi


 
 
 
Contoh:
Gabah/padi 100 kg yang ditimbang dengan batang padi yang dirontokkan secara manual            :
            Berat gabah bersih     : 36 kg (BT0)
            Berat Jerami               : 56,5 kg
            Berat Kotoran             : 6,13 kg
            Berat Debu                  : 1,25 kg

 
            BT1      = 5.788 x 0,022 gr
                        = 127,3 gram
                        = 0,12 kg
            BT2      = 126 x 0,022 gr
                        = 2,77 gram
                        = 0,002 kg x 56,5 kg (berat jerami)
                        = 0,113 kg
            BT2      = 8.102 x 0,022 gr
                        = 178,2 gram
                        = 1,042 kg
 

            SPr       = 1,273 x 100%
                          37,273
                        = 3,41 %

Dari hasil penghitungan kehilangan panen (losis), dapat kita ketahui berapa kerugian yang kita alami.  Jika harga Gabah Kering Panen (GKP) Rp 5.800 per/kg
-          Kerugian akibat losis panen
=  0,97 % x Rp 5.800 x 8.560 kg
=  Rp 481.585,-
-          Kerugian akibat losis perontokan
= 3,41 %  x Rp 5.800 x 8.560 kg
= Rp 1.692.996,-
-          Total kerugian yang dialami oleh petani akibat dari ketidak hati-hatian akan “hal sepele ini” adalah Rp 2.174.581,-
Semua itu kembali kepada pribadi masing – masing petani,  walaupun kehilangan dari hasil panen dan perontokan tidak dapat hilangkan namun dapat dikurangi.