Kehilangan hasil atau susut panen dapat diartikan sebagai Padi yang
tercecer/hilang selama proses panen dan pasca panen yang tidak dapat
diselamatkan. Faktornya sangat subjektif tergantung siapa yang malakukan proses
panen dan pasca panen.
Beberapa
kehilangan hasil yang dikarenakan oleh kelalaian petani:
a. Kehilangan hasil
pada saat panen
o
Pemanenan yang
dilakukan sebelum umur optimal menyebabkan kualitas gabah yang kurang baik
karena tingginya persentase butir hijau pada gabah
o
Sedangkan
panen yang dilakukan setelah lewat masak akan menyebabkan jumlah gabah yang hilang karena rontok saat
pemotongan akan besar.
Faktor penyebabnya adalah :
·
Varietas
·
Umur panen
·
Kadar air
panen
·
Alat dan cara
panen
·
Perilaku
tenaga panen
·
Sosial Budaya
Masyarakat
·
Tingkat
Pendidikan Petani
·
Kelembagaan
yang ada di masyarakat
Penentuan saat panen dapat dilakukan berdasarkan :
Ø
Pengamatan visual
Pengamatan
visual dilakukan dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan lahan
sawah. Berdasarkan kenampakan visual,
umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 % butir gabah pada malai padi
sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi
tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan
rendemen giling yang tinggi.
Ø
Pengamatan Teoritis
-
Pengamatan
teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi
-
Berdasarkan
kondisi varietas padi yaitu 30 sampai 35 hari setelah berbunga
-
Kadar air 22 –
23 % saat musim kemarau dan 24 – 26 % saat musim pennghujan
b. Kehilangan
hasil pada saat penumpukan sementara
o
Tenaga pemanen
melakukan penumpukan dengan tergesa – gesa dan tanpa alas
o
Saat
pengangkutan ke tempat penumpukan, sudah pasti ada padi yang tertinggal di
tanah akibat tidak di alas
a. Kehilangan
hasil pada saat Perontokan
o
Ukuran alas
perontokan menjadi faktor utama kehilangan hasil
o
Umur panen
padi yang tidak tepat
o
Untuk beberapa
varietas, penundaan waktu perontokkan setelah panen bisa mengurangi kehingan
hasil perontokan
o
Alat/cara
perontokan berpengaruh terhadap jumlah
losis. Berbagai alat atau cara perontokan seperti di iles, di tongkang, dengan
power thresher dan juga combine harvester.
a.
Penghitungan Kehilangan hasil saat panen (padi Ampek Angkek )
Keterangan :
Bt = berat butir gabah
bernas yang menempel di papan à dengan tabel konversi susut panen
Bgt = berat butir gabah
bernas yang menempel pada alas penumpukan sementara
Bp = berat
hasil panen ubinan 5 x 5 m
Lp = luas
ubinan 5 x 5 meter
Berat 1 butir gabah bernas = 0,022 gram
Contoh:
1. Jumlah
butir gabah bernas yang menempel di 9 papan = 110 butir
à dari tabel konversi
diperoleh jumlah susut = 66
kg/ha
2.Dari hasil panen ubinan 5 x 5 meter diperoleh
hasil 21,4 kg gabah
à per hektarnya = 21,4 kg/25 m2 x 10.000m2 = 8.560 kg/ha
3.Jml butir gabah bernas pd alas penumpukan
sementara = 2890 butir
à jika berat 1 butir =
0,022 gram, maka 2890 x 0,022 = 63,58 gram
à per hektarnya = 63,58 kg/25 m2 x 10.000m2 = 25.432
gram/ha
=
25,43 kg/ha
b.
Penghitungan Kehilangan saat melakukan
Perontokan padi
Contoh:
Gabah/padi 100 kg yang ditimbang dengan batang padi yang dirontokkan secara
manual :
Berat gabah bersih : 36 kg (BT0)
Berat Jerami : 56,5 kg
Berat Kotoran : 6,13 kg
Berat Debu : 1,25 kg
BT1 =
5.788 x 0,022 gr
= 127,3 gram
= 0,12 kg
BT2 =
126 x 0,022 gr
= 2,77 gram
= 0,002 kg x 56,5 kg
(berat jerami)
= 0,113 kg
BT2 =
8.102 x 0,022 gr
= 178,2 gram
= 1,042 kg
SPr =
1,273 x 100%
37,273
= 3,41 %
Dari hasil
penghitungan kehilangan panen (losis), dapat kita ketahui berapa kerugian yang kita
alami. Jika harga Gabah Kering Panen
(GKP) Rp 5.800 per/kg
-
Kerugian
akibat losis panen
= 0,97 % x Rp 5.800 x 8.560 kg
= Rp 481.585,-
-
Kerugian
akibat losis perontokan
= 3,41 % x Rp 5.800 x 8.560 kg
= Rp
1.692.996,-
-
Total kerugian
yang dialami oleh petani akibat dari ketidak hati-hatian akan “hal sepele ini” adalah Rp 2.174.581,-
Semua itu
kembali kepada pribadi masing – masing petani,
walaupun kehilangan dari hasil panen dan perontokan tidak dapat
hilangkan namun dapat dikurangi.