Senin, 25 April 2016

Kendala penerapan inovasi pertanian pada petani

Kendala penerapan inovasi pertanian khususnya padi pada petani.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan petani untuk meningkatkan hasil panen padi, namun tidak semuanya bisa dilaksanakan oleh petani. Penyebab nya diantaranya :
1. Petani tradisional. petani turun temurun sehingga sulit merubah pola pikir
2. Pemilik lahan sering menolak hal baru yang ingin dilakukan penggarap
3. Petani upahan, dimana sebagian besar dikerjakan oleh orang lain
4. Tidak mau repot, seperti untuk menanam jarwo
5. Sosialisasi inovasi pertanian yang kadang tidak sampai ke petani
6. Memberi contoh jangan ngomong doang
7. Perlu waktu bagi petani untuk menerima hal baru
8. Petani muda harus kreatif, aktif dan inovatif untuk memaksimalkan lahan pertanian yang semakin berkurang.
Salam dari petani kabupaten agam Sumatera Barat

sistem tanam ala Rimbun (STAR)

Untuk meningkatkan hasil panen padi, berbagai upaya dilakukan petani, diantaranya dengan pengaturan jarak tanam seperti metode jajar legowo baik Jarwo 2 : 1, 4 : 1, juga ada yang namanya metode tanam hazton. Kami pun telah mencoba memodifikasi metode tanam dengan mengabungkan metode tanam Jarwo 4:1 , metode tanam tegel dan penanaman secara rice - transplanter yang menghasilkan metode tanam Rimbun. Terbukti dengan cara ini rumpun padi lebih banyak dari jarwo 4:1 yaitu 112.000 /102.400 rumpun per hektare dan hasilnya panen pun meningkat 8,5 persen. Jarak tanam untuk metode tanam rimbun ini 25 cm dalam barisan tanam , antar baris 35 cm dan lorong nya 60 cm. Keuntungan cara ini adalah jumlah rumpun lebih banyak, anakan pun bertambah dan kehilangan hasil / losis panen dapat diminimalkan.
Untuk lebih jelas lagi pola tanam yang terbaik untuk daerah kami, saat ini kami menguji coba menanam lima macam metode tanam dalam satu petak sawah dengan perlakuan yang sama yaitu metode tanam Jarwo 2 : 1, 4 : 1, tegel, hazton dan inovasi kami yaitu metode tanam Rimbun dengan varietas lokal padi ampek angkek yang mempunyai umur panjang 165 HST. Pada gambar 1 , 30 hst, gambar 2 , 100 hst dan sekitar 2 bulan lagi kita dapat mengetahui hasil terbaik.
Saat ini jumlah anakan berkisar 40-120 , dengan tinggi 120 cm.
Sebagai petani yang merupakan pelaku utama dalam dunia pertanian, harus lah mau mencoba hal-hal baru untuk meningkatkan hasil panen guna mewujudkan swasembada padi yang di canang kan pemerintah agar petani sejahtera.

presentasi petani berprestasi kabupaten agam

Untuk mendapatkan petani dan penyuluh pertanian terbaik, sejak 22 februari lalu, BP4K2P kab agam melakukan penilaian di 16 kecamatan. Pada tgl 4-4 lalu, dari sekian banyak kategori yang dilombakan, 7 diantaranya yakni petani berprestasi, penyuluh swadaya, pns, thl, gapoktan, penyuluh pendampingan ketahanan pangan, dan BPK diambil 3 besar untuk mempresentasikan inovasi nya.
Bertempat di aula BP4K2P kab agam, kec ampek angkek menempatkan 4 wakilnya yaitu saya sendiri Deddy alfianto sebagai petani berprestasi, Zetriaedison sebagai penyuluh swadaya, gapoktan panampuang prima dan warnerim sebagai pendamping ketahanan pangan. Kec tilatang kamang dg 3 wakil, kamek 2, palupuah 1 , canduang 2,Baso 1, Sei pua 1, lubuk Basung 3 dl.
Semoga wakil kec ampek angkek bisa mewakili kab agam ke tingkat provinsi bahkan nasional. amiiin

pemanfaatan lumbo

Lumbo / kipeh digunakan para petani di kab agam prov Sumbar untuk membersihkan dan memisahkan gabah bernas dg yang hampa setelah melakukan perontokan padi. Proses ini dilakukan 2 kali.
Dengan proses ini akan didapat 99 persen gabah kering panen bernas. Dg gabah bernas yang merupakan salah satu cara menghasilkan beras yg berkualitas premium

ratun tanaman padi

Ratun merupakan padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplai hara tetap dari batang lama.
Berbeda dengan padi salibu yang dilakukan pemangkasan. Padi ratun lebih cocok untuk varietas umur panjang seperti padi ampek angkek, pemanenan dapat dilakukan sekitar setengah dari periode tanaman utama dengan produksi 40-60 persen dari panen tanaman utama.
Ratun belum populer dikalangan petani. Mahasiswi fakultas pertanian universitas andalas padang Fifi Marfitaa yang merupakan warga jorong parik putuih nagari ampang gadang kec ampek angkek kab Agam sedang melakukan penelitian /pengamatan pada sawah orang tuanya yang saat ini di budidaya kan dg metode ratun ini untuk penyusunan skripsi nya.
Semoga berhasil dan bermanfaat bagi masyarakat petani.

Sabtu, 02 April 2016

pestisida nabati dari tanaman ekor kuda



Tanaman ini banyak ditanam sebagai pemabatas halaman yakni tanaman ekor kuda.  Sama seperti daun Beluntas, secara tidak sengaja kami mencium/merasakan bau yang menyengat dari tananam ini terutama pada bagian batangnya.
Berikut bahan dan cara pembutan pestisida nabati dari tanaman ekor kuda .
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
  • Tanaman ekor kuda    :  1 kg
  • Sabun colek                 : 2-3 sendok makan
  • Air                               : 2 liter
Cara pembuatan:
     
  • Tanaman ekor kuda dicincang
  • Rendam tanaman ekor kuda dengan 2 liter air
  • Setelah itu tambahkan sabun colek
  • Untuk pemakaiannya, campurkan 1 liter larutan pestisida dengan 14 liter air.


  • Fungsi sabun colek dalam pestisida nabati adalah sebagai perekat agar pestisida nabati dapat menempel pada permukaan daun tanaman yang diaplikasikan.

    Cara pembuatan:
    • Tanaman ekor kuda dicincang
    • Rendam tanaman ekor kuda dengan 2 liter air
    • Setelah itu tambahkan sabun colek
    • Untuk pemakaiannya, campurkan 1 liter larutan pestisida dengan 14 liter air.

    Cara penggunaan/ pemakaian:
    Masukkan campuran pestisida dengan air ke dalam tangki sprayer, lalu semprotkan pada tanaman. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00 atau sore hari dari jam 15.00 hingga maghrib.  Hal ini karena pestisida nabati mudah terurai apabila terkena sinar matahari.
    Penyemprotan dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu. Yang perlu diingat pada penggunaannya adalah bahwa pemakaian harus dilakukan beberapa kali, jangan hanya satu kali.  Itulah pembeda antara pestisida nabati dengan pestisida kimia.
     

pemanfaatan daun beluntas sebagai pestisida



Beluntas merupakan tumbuhan semak yang bercabang banyak, berbulu halus dan lembut. Beluntas dapat tumbuh didaerah kering pada tanah yanng keras dan berbatu. Perbanyak tanaman ini dilakukan dengan stek batang pada batang yang cukup tua.  Daun Beluntas mengandung alkaloid, tannin, natrium, minyak atsiri, kalsium, flafonoida, magnesium dan fosfor. Kadar minyak atsiri daun Beluntas 5% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada kadar 20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherechia coli (lalat buah).
Inilah yang mendasari kami untuk mencoba daun Beluntas sebagai pestisida nabati. Berikut bahan dan cara pembutan pestisida nabati dari daun Beluntas.
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
  • Daun Beluntas : 1 kg              
  • Sabun colek     : 2-3 sendok makan
  • Air                   : 2 liter
 


Fungsi sabun colek dalam pestisida nabati adalah sebagai perekat agar pestisida nabati dapat menempel pada permukaan daun tanaman yang diaplikasikan.

Cara pembuatan:
  • Daun Beluntas dicincang
  • Rendam daun Beluntas dengan 2 liter air
  • Setelah itu tambahkan sabun colek
  • Untuk pemakaiannya, campurkan 1 liter larutan pestisida dengan 14 liter air.
Cara penggunaan/ pemakaian:
Masukkan campuran pestisida dengan air ke dalam tangki sprayer, lalu semprotkan pada tanaman. Waktu penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00 atau sore hari dari jam 15.00 hingga maghrib.  Hal ini karena pestisida nabati mudah terurai apabila terkena sinar matahari.

Penyemprotan dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu. Yang perlu diingat pada penggunaannya adalah bahwa pemakaian harus dilakukan beberapa kali, jangan hanya satu kali.  Itulah pembeda antara pestisida nabati dengan pestisida kimia.