Mengubah pola pikir, pandangan dan perilaku petani untuk teknologi yang baru membutuhkan waktu.
Jika dahulu para petani memanen padi menggunakan sabit, lalu merontokkan padi dengan cara di iles atau "mairiak", lalu kemudian di "irai". 10 tahun belakangan in, petani mulai menggunakan "gembot" atau tongkang/palambuik untuk merontokkan padi. Bagi petani yang terbiasa dengan di iles, dengan tongkang ini mereka beranggapan banyak padi yang berserakan. Ini karena mereka belum mahir. Padahal dengan di tongkang, waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat dari pada di iles. Kedua cara ini dilanjutkan dengan proses lumbo atau 'mangipeh'
Biaya yang dikeluarkan petani untuk biaya panen, baik yang di iles atau tongkang untuk daerah Nagari Ampang Gadang ini adalah sama. Untuk setiap hasil panen padi, biaya yang diekluarkan petani untuk tenaga/jasa panen adalah seperlima bagian. Seperti jika hasil panen sekitar 100 kg GKP, maka biaya pemanenan sampai perontokkan hingga gabah masuk karung dan sampai di jalan adalah 20 kg GKP. Ini adalah biaya paling besar yang dikeluarkan petani dalam bercocok tanam padi ini.
Dalam 2-3 taun belakangan ini, ada petani dari daerah lain yaitu kec. Candung yang menerima upah panen padi di nagari Ampang Gadang ini, mereka menggunkan "Power Thresher", sebuah alat perontokkan padi yang mampu mempersingkat prsoses panen. Biaya yang dikeluarkan petani sama dengan panen manual, artinya jika yang bekerja 4 orang, upahnya dibagi atas 5 orang (1 untuk mesin)
Baru-baru ini, Gapoktan Limo Jurai Nagari Ampang Gadang, mendapat bantuan Combine Hervester. Sama seperti pola meng iles diganti dengan men tongkang, petani juga belum bisa menerima alat ini. Butuh waktu untuk petani terbiasa menggunkan Combine ini. Disamping itu operatornya juga butuh pengalaman menjalankannya. Dan kendala terbesarnya adalah pola tanam yang tidak serempak.
Suatu saat nanti, dengan Combine Hervester inilah petani akan memanen padinya. Hal ini berdasarkan bahwa tenaga untuk melakukan pemanenan padi di Jorong Parik Putuih Nagari Ampanng Gadang, sudah sangat sedikit. Karena keterbatasan tenaga panen, tenaga panen itu kerjanya sering terburu-buru, karena sawah/padi yanng lain sudah menunggu untuk dipanen. Jadi untuk saat ini, kami dari kelompok tani Rimbun Nagari Ampang Gadang kec. Ampek Angkek ini, yang kami butuhkan adalah alat pasca panen berupa Power Thresher. Dalam waktu dekat ini, kami akan mengajukan permohonan ke Dinas Pertanian Prov Sumabr untuk penggadaan Power Thresher ini, agar kekurangan tenaga panen, bisa diatasi dengan keberadaan Power Thresher. Amiiiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar