Sabtu, 30 September 2017

Faktor yang mempengaruhi rendemen beras

Setelah melakukan panen padi, biasanya sebagian besar petani langsung menjual ke tengkulak atau tempat penggilinga padi dalam bentuk GKP (Gabah Kering Panen). Padahal jika petani mau sedikit bekerja dan berusaha yakni dengan mengolah padi tersebut menjadi beras, tentu keuntungan yang akan didapat akan meningkat. Hal inilah yang seharusnya dilakukan petani.
Untuk memulainya, dapat dilakukan "semampunya" dulu dengan menyisihkan separuh dari hari hasil panen padi untuk diolah menjadi beras.

Hitungan ekonomi sederhananya adalah :
Jika  harga gabah 180.000/ karung (ditempat kami menjual dalam bentuk per karung dengan berat 35-36 per karung) sehingga  GKP 5.000/kg. Dengan melakukan penjemuran 2-4 hari yang tentunya dipengaruhi oleh cuaca (upah menjemur kalau di penggilingan per karung Rp 2.500-3.000), lalu di giling di heler yang menghasilkan bersih untuk petani biasanya 19 kg (ditambah biaya penggilingan 1 kg). Lalu petani dapat menjual beras tersebut dengan harga Rp 11.000 - 12.000/kg, keuntungannya pun akan meningkat. Bagaimana dengan pemasarannya? Dengan berkelompok (kelompok tani), tentu hal ini tidak akan menjadi masalah. Itulah yang telah kami lakukan sejak tahun 2015 lalu dalam kelompok tani Rimbun, sehingga produk beras kami berupa beras Ampek Angkek yang telah mendapat nomor registrasi PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan) dari Dinas Pangan Sumatera Barat telah mampu menembus beberapa mini market di kota Bukittinggi dan kota lainnya di Sumatera Barat, Riau dan di pulau Jawa. Juga beras Ampek Angkek dapat menembus Minang Mart dan Transmart di Padang dan Pekanbaru.
Lalu apa faktor yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan?
1. Budidaya
Dalam melaksanakan budidaya, dibandingkan dengan petani zaman dahulu (dibawah tahun'90 an), mereka masih banyak mempergunakan bahan organik atau memanfaatka ketersediaan di alam sebagai pupuk. hasil panen yang didapat pun sangat berkualitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya "Rangkiang" tempat menyimpah gabah yang sanggup bertahan lama dengan tidak mempengaruhi kualitas gabah dan beras yang dihasilkan. Saat ini petani kita serba instan dengan memakai pupuk kimia secara berlebihan terutama urea (nitrogen/N). Dengan memakai nitrogen yang berlebihan, banyak gabah yang kurang atau tidak bernas serta beras nya pun banyak terdapat noktaf putih.
Solusinya adalah:
-Dengan mengurangi pemakaian urea dan memperbanyak pupuk yang mengandung fosfor (P) sehingga gabah bernas banyak didapat.
-Kembali ke alam dengan pertanian organik. Bobot gabah padi organik berbeda dengan padi konvensional dan rasanya sudah pasti lebih enak dengan perlakuan organik
2. Perlakuan waktu panen
Hal ini telah dibahas dalam postingan terdahulu yaitu " Menghitung losis panen padi"
3.Penangan pasca panen dan penggilingan padi yang tepat
Proses pengangkutan dan penjemuran padi sering kali diabaikan oleh petani dan pelaku heler. Padahal jika diperhatikan, pada saat penjemuran pun tidak sedikit padi yang hilang. Diaataranya karena padi yang kurang bernas dan terbuanngnya gabah akibat pemballikan yang kurang baik.
Dalam proses penggilingan padi dari GKG (Gabah Kering Giling) menjadi beras, kadar air sangat menentukan hasil dan kualitas beras.
 Dari hasil uji coba yang dilakukan dengan kadar air 12%, beras yang didapat atau rendemennya 64%. Sedangkan dengan kadar air 11%, rendemennya 68%. Padi yang kami pakai adalah padi Ampek Angkek. Rendemen untuk setiap varietas padi tentulah berbeda, karena berat dan ketebalan kulit padinya pun jelas berbeda.
Uji coba ini kami lakukan penggilingan padi di penggilingan Limo Jurai dan Bangkit Jaya. Hal ini dikarena kelompok tani Rimbun belum memiliki penggilingan padi sendiri. Dengan tidak memiliki penggilingan padi sendiri, kelompok/petani akan dirugikan dengan tidak termanfaatkannya hasil samping dari proses penggilingan yaitu:
-Dedak
Dedak selain untuk pakan ternak, juga bisa dibuat berbagai macam olahan makanan
-Menir
Juga selain untuk pakan, menir dan beras patah dapat dijadikan tepung beras dan selanjutnya diolah menjadi berbagai makanan
-Sekam
Dapat untuk proses pembakaran dan juga bahan pembuatan kompos
Semoga kedepannya petani tidak lagi fokus ke budidaya saja, namun juga harus mampu mengolah sendiri hasil panennya.


Rabu, 20 September 2017

Cara alami mengendalikan hama tikus

Banyaknya hama tikus yang menyerang tanaman padi di kecamatan Ampek Angkek, tentu sangat meresahkan petani dan juga Dinas Pertanian Kab Agam. Karena bisa merugikan petani dan juga target swasembada pangan yang telah dicanangkan pemerintah, sulit untuk di capai. Untuk itulah, Dinas Pertanian Kab Agam melalui Kabid Tanaman Pangan Bapak Zul Efendi yang didampingi oleh Koordinator POPT kab Agam bapak Asmarni terjun langsung memberi peyuluhan kepada sekitar 70 perwakilan kelompok tani di kec Ampek Angkek yang di pusatkan di nagari Ampang Gadang.
Dari acara dan hasil diskusi dengan para petani dapat disimpulkan beberapa cara untuk mencegah dan mengatasi hama tikus ini.

Kunci utama dari pencegahan dan pengendalian hama ini adala TANAM SERENTAK, BERSAMA DAN BERKELANJUTAN
PENCEGAHAN
1. Tanam serentak
Memang tanam serentak untuk beberapa wilayah bisa dilaksanakan, namun jika tidak bisa jarak waktu tanam janganlah sampai 1 bulan. Dengan tanam serentak, hama tikus akan mudah dikendalikan, sebab kalau tidak serentak ketersedian makanan bagi tikus selalu ada
2. Memelihara musuh alami tikus
- Burung hantu merupakan musuh aami tikus. petani dapat membuat semacam tiang gawang di sawah untuk hinggap burung hantu di malam hari
- Ular
-Musang. Musang dapat dipancing keluar dari sarangnya dengan umpan berupa kulit nangka dan pisang rotan
- Harimau buluah, adalah sebangsa harimau yang ukurannya lebih besar sedikit dari kucing. Konon jika harimau buluah ini melewati persawahan, tikus tidak akan mengganggu padi untuk beberapa waktu lamanya.
- Anjing
3. Membuat pematang sawah miring dengan kemiringankurang dari 45 derajat. Dengan pematang sawah yang miring, sinar matahari akan masuk jika tikus membuat sarangnya. Tikus tidak pernah bersarang di pematang yang miring. Juga sarang tikus itu biasanya berada di sebelah selatan dan utara guna untuk menghindari sinar matahari
4. Beternak. Dengan memelihara ternak seperti sapi atau kerbau, rumput pematang sawah bisa digunakan petani untuk pakan ternaknya sehingga pematang sawah bisa selalu bersih
5. Bagi yang hobi menjala burung2 sawah, dapat dilakukan malah hari. Selain mendapatkan burung, juga bisa mendapatkan tikus. Gunakakan jaring yang agak rapat
6. Tanam dengan sistem jarwo
7. Ikut AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi)
Dengan hanya bermodalkan 9.000 rupiah, petani sudah bisa mengasuransikan tanaman padinya seluas 0,25 ha untuk sekali tanam. Dengan uang sedemikian, jika terserang hama tikus 75% dari luas petak sawah, petani sudah bisa mengklaim asuransinya.

PENGENDALIAN
Bagaimana jika sudah terkena serangan hama tikus?
1. Segera lakukan pengeringan sawah. Tikus senang dengan sawah yang berair apalagi yang air mancak/sedikt
2. Menebar kotoran kambing disawah. Aroma tidak sedap dari kohe kambing, bisa membuat tikus tidak berani masuk kesawah dan juga berfungsi sebagai pupuk
3. Membuat tabung bambu. Tabung bambu diletakkan disawah sebelum padi berumur 2 bulan
4. Menebar oli bekas di pematanng sawah, ini darus diulangi setiap 7-10 hari
5. Membongkar sarang tikus (pematang)
6. Membasmi tikus dengan racun tikus, belerang
7. Memberi umpan tikus haruslah dengan berganti ganti umpan, karena tikus termasuk makhluk yang pintar. Jika sekarang dengan umpan racun, nantinya bisa diganti dengan umbi gadung.
Inilah hasil diskusi dengan penyuluh pertanian, POPT dan petani serta beberapa hal yang telah dilakukan kelompok tani Rimbun dalam mengendalikan hama tikus.
Anda punya pengalaman lain mencegah dan mengatasi hama tikus?
Semoga bermanfaat!

Apa itu padi dan beras Ampek Angkek?

Masih ada sebagian masyarakat bahkan petani yang masih keliru pemahaman tentang padi ampek angkek dan beras ampek angkek. Karena beranggapan bahwa beras ampek angkek adalah beras hasil padi yang di tanam di kecamatan ampek angkek. Itu adalah sebuah kekeliruan sebab padi yang di tanam di kecamatan ampek angkek ada berbagai varietas seperti padi kuriak kusuik, padi saratuih, padi kusuik putiah, padi ampek angkek dan lainnya. Padi ampek angkek di tanam oleh 65 persen petani di kecamatan ini.
Tidak seperti di tempat lain dimana sebut saja beras A , namun varietas padinya berbagai macam, tapi tetap disebut beras A.


Lalu bagaimana dengan padi dan beras ampek angkek?
Padi ampek angkek adalah padi hasil pemurnian dari padi randah putiah yang mempunyai umur panen 165 hst yang telah dilakukan oleh kelompok tani Karya Pembangunan di nagari balai gurah. Namun saat ini perkembangan dari benih padi ampek angkek ini sedikit terkendala karena belum mempunyai label biru atau belum di lepas oleh Kementan RI. Tapi petani tetap mengembangkan padi ampek angkek atau yang dulu dikenal dengan padi randah putiah. Saat ini juga sedang di uji coba penanaman padi ampek angkek yang telah melalui proses radiasi oleh BATAN , sehingga diharapkan bisa memperpendek umurnya.
Satu hal lagi. Padi ampek angkek mempunyai rasa khas jika ditanam di kec ampek angkek, kec canduang, kec banuhampu, kec tilatang kamang, kec kamang magek kabupaten agam dan di kota bukittinggi bagian timur. Padi ampek angkek juga dapat tumbuh dengan baik di tempat lain, namun rasa nasinya berbeda dengan hasil dari daerah tadi. Hal ini disebabkan faktor tanah dan air.
Nah, hasil dari padi ampek angkek inilah yang kemudian menjadi beras ampek angkek. Bukan beras yang ditanam di kecamatan ampek angkek. Hal ini perlu di pahami agar nanti namanya beras ampek angkek, tapi isinya bukan hasil panen dari padi ampek angkek itu sendiri.

Mewaspadi gagal panen padi

Sejak akhir tahun lalu, sudah ada sebagian petani padi yang membeli beras , padahal mereka adalah penghasil beras. Hal ini terjadi akibat musim panas pada pertengahan tahun lalu sehingga banyak petani yang gagal panen. Pemerintah melalui Kementan sudah memperbaiki berbagai jaringan irigasi, bantuan alsintan bagi petani, namun jika cuaca tidak mendukung, petani pun mengalami kerugian.
Untuk mengantisipasi agar hal tersebut tidak terjadi, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh petani padi :
1. Ikut dalam program AUTP (Asuransi usaha tani padi). Dengan hanya membayar Rp 18 ribu untuk setengah hektare lahan sawah per waktu tanam, petani terlindungi dengan program AUTP ini, walaupun di nanti padi mengalami gagal panen baik karena kekeringan, banjir, hama penyakit dan hama tikus kecuali hama burung. Banyak petani yang kadang menyesal tidak ikut AUTP ketika padinya mengalami kegagalan. Padahal hanya seharga sebungkus rokok, jika gagal dapat mengklaim rp 3 juta untuk setengah hektare tersebut. Dan jika ada penundaan tanam, petani bisa melaporkan ke Jasindo. 


2. Petani padi pun hendaknya juga bertanam tanaman hortikultura agar waktu luang dalam budidaya padi dapat berguna. Karena jam kerja efektif petani padi mulai dari menyemai benih hingga panen, hanya 15-20 persen saja tergantung umur varietas padi.
3. Petani jangan lagi membiasakan menjual hasil panen dalam bentuk padi / gabah kering panen (gkp). Dengan mengolah sendiri gkp menjadi beras, maka keuntungan petani pun akan bertambah. Ini dapat di mulai dengan mengolah sendiri gkp secara berangsur2. Dengan pengolahan yang baik, tentu akan menghasilkan beras yang berkualitas dan petani dapat menjualnya kepada tetangga atau pedagang beras. Disamping itu pun masih banyak yang bisa dilakukan oleh petani seperti membuat tepung beras dan berbagai makanan olahan dengan bahan baku dari tepung beras tersebut.
Dengan melakukan hal tersebut, petani akan mendapat nilai tambah daripada hanya sebagai penghasil padi saja. Karena petani yang dengan susah payah dalam membudidayakan padi, tapi jika hanya menjual dalam bentuk bahan mentah, tentu petani hanya akan terus berputar disitu saja.
Petani lah yang akan mampu merubah nasibnya, karena petani mempunyai keterbatasan tenaga dan umur untuk terus bermain dalam lumpur.