Kamis, 07 Desember 2017

Pengaruh umur benih padi terhadap hasil panen padi

Dalam upaya meningkatkan hasil produksi padi, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan petani. Baik dalam modernisasi alsintan, penyedian benih berkualitas, pengadaan pupuk serta teknologi lain yang tujuannya untuk kesejahteraan petani.

Bibit atau benih padi merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan tersebut. Pemerintah menganjurkan pemakaian benih muda (10-15 hss) agar didapat anakan padi yang lebih banyak. Namun dengan menggunakan benih muda, hama keong masih menghantui petani. Tidak sedikit pula petani yang menggunakan benih tua yang salah satu tujuannya untuk menghindari benih di makan oleh keong. Hal yang sama terjadi untuk penanaman satu benih per lubang tanam.

Berbagai penelitian dan uji coba terutama untuk penanaman padi dengan umur dan jumlah yang berbeda. Tapi banyak dilakukan pada petak sawah yang berbeda. Walaupun petak sawah tersebut berdampingan, namun faktor tanah dan air tentu akan berpengaruh pada perkembangan dan hasil panen.  Untuk itu, kelompok tani  Rimbun yang berlokasi di nagari Ampang Gadang, kec Ampek Angkek, kab Agam, Sumbar, mencoba menguji pengaruh umur benih padi terhadap perkembangan dan hasil panen yang akan didapat.

Tujuannya adalah
- Untuk mengetahui perkembangan anakan padi yang didapat
- Selisih waktu panen
- Perbedaan hasil panen
Dari beberapa varietas padi yang banyak di tanam disini yaitu padi Ampek Angkek, padi Kuriak Kusuik, padi Kusuik Putiah serta padi Saratuih. Pada kesempatan ini, kami mencoba dengan varietas  padi Saratuih yang merupakan padi dengan umur panen paling cepat dibanding varietas lain.

-Penanaman dilakukan terhadap benih yang berumur 23 hss dan 38 hss sistem tegel  dengan jumlah benih per lubang tanam 3-5 batang.
- Pemupukan dilakukan hanya satu kali saja yaitu 5 hst. Hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman di lapangan, jika dilakukan pemupukan 2 kali, maka kemungkinan padi rebah akan semakin besar. Juga dengan pemupukan sekali, hasil panen 95% bernas.
- Pengairan dimulai 7 hst sampai 45 hst. Hal ini juga untuk menghindari padi rebah disaat menjelang panen, karena umur padi yang pendek dan juga bauh padi yang bernas
- Setelah umur padi 28 hst, terlihat perbedaan tinggi padi dan jumlah anakan. Rata-rata anakan untuk benih 23 hss 40 batang per rumpun, sedangkan yang 38 hss hanya 27 batang per rumpun.

Dari pengamatan yang sedang berjalan ini, besar kemungkinan waktu panen dan hasil panen pun nanti akan berbeda. Jika biasanya dengan perlakuan normal sebelumnya, padi Saratuih bisa dipanen 105 hst. Untuk itu, disarankan kepada petani untuk lebih baik menggunakan benih muda dalam budidaya tanaman padi. Jika masih ragu benih padi dimakan keong jika menggunakan benih yang relatif muda (10-15hss), gunakanlah benih dengan umur 21-30 hss baik itu dengan tanam secara jajar legowo, tegel atau pun padi tanam sabatang (pts).
Selamat mencoba yang terbaik untuk mencapai peningkatan hasil panen padi.


Selasa, 31 Oktober 2017

Kerugian makan nasi dari beras putih

Nasi merupakan makanan pokok hampir seluruh masyarakat di Indonesia. Bahkan ada istilah "belum makan kalau belum bertemu nasi".   Nasi yang kita makan umumnya berasal dari beras putih. Semakin putih dan mengkilap beras tersebut, kita beranggapan kualitas berasnya semakin bagus.
Pendapat tersebut tidaklah salah dan tidak juga benar. Karena untuk mendapatkan beras putih tersebut, semenjak dari berbentuk padi hingga menjadi beras, melalui dua kali proses yaitu pecah kulit dan penyosohan (dipoles). Dengan proses penyosohan, berakibat hilangnya beberapa kandungan gizi pada beras, diantaranya
  • 67 % vitamin B3
  • 80 % vitamin B1
  • 90 % vitamin B6
  • 50 % zat mangan
  • 50 % zat posfor
  • 60 % zat besi
  • Serat dan asam lemak esensial
Bahkan kadang kala juga ditambahkan berbagai zat yang bisa membahayakan kesehatan kita.
Sungguh merupakan sebuah kerugian besar bagi kita selama ini.

Lalu, beras apa yang sehat dan menyehatkan untuk dikonsumsi?
Kita mungkin sudah mendengar tentang beras Coklat. Beras coklat merupakan beras yang hanya mengalalmi sekali proses penggilingan atau yang lebih dikenal dengan beras pecah kulit,dimana hanya membuang lapisan sekamnya saja. Secara tampilan, beras coklat kurang menarik dibandingkan beras putih sehingga jarang dikonsumsi.
Beras coklat yang masih sedikit beredar dipasaran saat ini berasal dari budidaya padi secara konvensional dan organik. Tentu beras coklat organik akan mempunyai nilai gizi yang lebih dari pada yang konvensional.

Selain dari perbedaan mendasar beras putih dan beras coklat tadi, perlakuan dalam pencucian beras pun menjadi hal yang diabaiakan begitu saja selama ini dalam memasak nasi. Kebiasaan kita selama ini, sering dalam melakukan pencucian beras secara berulang-ulang sampai air cucianya berwarna bening. Pencucian beras hendaklah hanya untuk sekedar menghilangkan kotoran dan debu saja (1-2 kali), karena setelah beras di poles oleh penggilingan padi ditambah lagi pengikisan zat gizi pada saat mencuci beras. Pencucian pertama biasanya airnya keruh, yang itu berarti lapisan terluar beras ikut terkikis. Kandungan vitamin B1 akan semakin hilang dari beras, sehingga walaupun kita banyak mengkonsumsi beras, tubuh kita mudah lesu dan tidak optimal dalam berfikir.

Kandungan yang terdapat pada air cucian beras (air tajin) :
- 80% vitamin B1
- 70% vitamin B3
- 90% vitamin B6
- 50% zat mangan
- 50% fosfor

Beras putih bersih dan mengkilap memang enak dipandang mata dan rasanya pun enak, namun kandungan gizinya telah berkurang. Kini tergantung pada masing-masing kita lagi, apakah ingin enak, atau ingin sehat? Tentu ketersediaan beras coklat di pasaran masih sangat sedikit, maka dari itu mulailah dengan memerbaiki cara mencuci beras yang baik. Disamping perut kita kenyang, tentu kesehatan juga harus dijaga. Tentu kita mencontoh orang tua kita dahulu yang memproses beras dengan menggunakan kincir air sehingga beras yang dihaasilkan lebih sehat dan berkualitas.





Sabtu, 30 September 2017

Faktor yang mempengaruhi rendemen beras

Setelah melakukan panen padi, biasanya sebagian besar petani langsung menjual ke tengkulak atau tempat penggilinga padi dalam bentuk GKP (Gabah Kering Panen). Padahal jika petani mau sedikit bekerja dan berusaha yakni dengan mengolah padi tersebut menjadi beras, tentu keuntungan yang akan didapat akan meningkat. Hal inilah yang seharusnya dilakukan petani.
Untuk memulainya, dapat dilakukan "semampunya" dulu dengan menyisihkan separuh dari hari hasil panen padi untuk diolah menjadi beras.

Hitungan ekonomi sederhananya adalah :
Jika  harga gabah 180.000/ karung (ditempat kami menjual dalam bentuk per karung dengan berat 35-36 per karung) sehingga  GKP 5.000/kg. Dengan melakukan penjemuran 2-4 hari yang tentunya dipengaruhi oleh cuaca (upah menjemur kalau di penggilingan per karung Rp 2.500-3.000), lalu di giling di heler yang menghasilkan bersih untuk petani biasanya 19 kg (ditambah biaya penggilingan 1 kg). Lalu petani dapat menjual beras tersebut dengan harga Rp 11.000 - 12.000/kg, keuntungannya pun akan meningkat. Bagaimana dengan pemasarannya? Dengan berkelompok (kelompok tani), tentu hal ini tidak akan menjadi masalah. Itulah yang telah kami lakukan sejak tahun 2015 lalu dalam kelompok tani Rimbun, sehingga produk beras kami berupa beras Ampek Angkek yang telah mendapat nomor registrasi PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan) dari Dinas Pangan Sumatera Barat telah mampu menembus beberapa mini market di kota Bukittinggi dan kota lainnya di Sumatera Barat, Riau dan di pulau Jawa. Juga beras Ampek Angkek dapat menembus Minang Mart dan Transmart di Padang dan Pekanbaru.
Lalu apa faktor yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan?
1. Budidaya
Dalam melaksanakan budidaya, dibandingkan dengan petani zaman dahulu (dibawah tahun'90 an), mereka masih banyak mempergunakan bahan organik atau memanfaatka ketersediaan di alam sebagai pupuk. hasil panen yang didapat pun sangat berkualitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya "Rangkiang" tempat menyimpah gabah yang sanggup bertahan lama dengan tidak mempengaruhi kualitas gabah dan beras yang dihasilkan. Saat ini petani kita serba instan dengan memakai pupuk kimia secara berlebihan terutama urea (nitrogen/N). Dengan memakai nitrogen yang berlebihan, banyak gabah yang kurang atau tidak bernas serta beras nya pun banyak terdapat noktaf putih.
Solusinya adalah:
-Dengan mengurangi pemakaian urea dan memperbanyak pupuk yang mengandung fosfor (P) sehingga gabah bernas banyak didapat.
-Kembali ke alam dengan pertanian organik. Bobot gabah padi organik berbeda dengan padi konvensional dan rasanya sudah pasti lebih enak dengan perlakuan organik
2. Perlakuan waktu panen
Hal ini telah dibahas dalam postingan terdahulu yaitu " Menghitung losis panen padi"
3.Penangan pasca panen dan penggilingan padi yang tepat
Proses pengangkutan dan penjemuran padi sering kali diabaikan oleh petani dan pelaku heler. Padahal jika diperhatikan, pada saat penjemuran pun tidak sedikit padi yang hilang. Diaataranya karena padi yang kurang bernas dan terbuanngnya gabah akibat pemballikan yang kurang baik.
Dalam proses penggilingan padi dari GKG (Gabah Kering Giling) menjadi beras, kadar air sangat menentukan hasil dan kualitas beras.
 Dari hasil uji coba yang dilakukan dengan kadar air 12%, beras yang didapat atau rendemennya 64%. Sedangkan dengan kadar air 11%, rendemennya 68%. Padi yang kami pakai adalah padi Ampek Angkek. Rendemen untuk setiap varietas padi tentulah berbeda, karena berat dan ketebalan kulit padinya pun jelas berbeda.
Uji coba ini kami lakukan penggilingan padi di penggilingan Limo Jurai dan Bangkit Jaya. Hal ini dikarena kelompok tani Rimbun belum memiliki penggilingan padi sendiri. Dengan tidak memiliki penggilingan padi sendiri, kelompok/petani akan dirugikan dengan tidak termanfaatkannya hasil samping dari proses penggilingan yaitu:
-Dedak
Dedak selain untuk pakan ternak, juga bisa dibuat berbagai macam olahan makanan
-Menir
Juga selain untuk pakan, menir dan beras patah dapat dijadikan tepung beras dan selanjutnya diolah menjadi berbagai makanan
-Sekam
Dapat untuk proses pembakaran dan juga bahan pembuatan kompos
Semoga kedepannya petani tidak lagi fokus ke budidaya saja, namun juga harus mampu mengolah sendiri hasil panennya.


Rabu, 20 September 2017

Cara alami mengendalikan hama tikus

Banyaknya hama tikus yang menyerang tanaman padi di kecamatan Ampek Angkek, tentu sangat meresahkan petani dan juga Dinas Pertanian Kab Agam. Karena bisa merugikan petani dan juga target swasembada pangan yang telah dicanangkan pemerintah, sulit untuk di capai. Untuk itulah, Dinas Pertanian Kab Agam melalui Kabid Tanaman Pangan Bapak Zul Efendi yang didampingi oleh Koordinator POPT kab Agam bapak Asmarni terjun langsung memberi peyuluhan kepada sekitar 70 perwakilan kelompok tani di kec Ampek Angkek yang di pusatkan di nagari Ampang Gadang.
Dari acara dan hasil diskusi dengan para petani dapat disimpulkan beberapa cara untuk mencegah dan mengatasi hama tikus ini.

Kunci utama dari pencegahan dan pengendalian hama ini adala TANAM SERENTAK, BERSAMA DAN BERKELANJUTAN
PENCEGAHAN
1. Tanam serentak
Memang tanam serentak untuk beberapa wilayah bisa dilaksanakan, namun jika tidak bisa jarak waktu tanam janganlah sampai 1 bulan. Dengan tanam serentak, hama tikus akan mudah dikendalikan, sebab kalau tidak serentak ketersedian makanan bagi tikus selalu ada
2. Memelihara musuh alami tikus
- Burung hantu merupakan musuh aami tikus. petani dapat membuat semacam tiang gawang di sawah untuk hinggap burung hantu di malam hari
- Ular
-Musang. Musang dapat dipancing keluar dari sarangnya dengan umpan berupa kulit nangka dan pisang rotan
- Harimau buluah, adalah sebangsa harimau yang ukurannya lebih besar sedikit dari kucing. Konon jika harimau buluah ini melewati persawahan, tikus tidak akan mengganggu padi untuk beberapa waktu lamanya.
- Anjing
3. Membuat pematang sawah miring dengan kemiringankurang dari 45 derajat. Dengan pematang sawah yang miring, sinar matahari akan masuk jika tikus membuat sarangnya. Tikus tidak pernah bersarang di pematang yang miring. Juga sarang tikus itu biasanya berada di sebelah selatan dan utara guna untuk menghindari sinar matahari
4. Beternak. Dengan memelihara ternak seperti sapi atau kerbau, rumput pematang sawah bisa digunakan petani untuk pakan ternaknya sehingga pematang sawah bisa selalu bersih
5. Bagi yang hobi menjala burung2 sawah, dapat dilakukan malah hari. Selain mendapatkan burung, juga bisa mendapatkan tikus. Gunakakan jaring yang agak rapat
6. Tanam dengan sistem jarwo
7. Ikut AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi)
Dengan hanya bermodalkan 9.000 rupiah, petani sudah bisa mengasuransikan tanaman padinya seluas 0,25 ha untuk sekali tanam. Dengan uang sedemikian, jika terserang hama tikus 75% dari luas petak sawah, petani sudah bisa mengklaim asuransinya.

PENGENDALIAN
Bagaimana jika sudah terkena serangan hama tikus?
1. Segera lakukan pengeringan sawah. Tikus senang dengan sawah yang berair apalagi yang air mancak/sedikt
2. Menebar kotoran kambing disawah. Aroma tidak sedap dari kohe kambing, bisa membuat tikus tidak berani masuk kesawah dan juga berfungsi sebagai pupuk
3. Membuat tabung bambu. Tabung bambu diletakkan disawah sebelum padi berumur 2 bulan
4. Menebar oli bekas di pematanng sawah, ini darus diulangi setiap 7-10 hari
5. Membongkar sarang tikus (pematang)
6. Membasmi tikus dengan racun tikus, belerang
7. Memberi umpan tikus haruslah dengan berganti ganti umpan, karena tikus termasuk makhluk yang pintar. Jika sekarang dengan umpan racun, nantinya bisa diganti dengan umbi gadung.
Inilah hasil diskusi dengan penyuluh pertanian, POPT dan petani serta beberapa hal yang telah dilakukan kelompok tani Rimbun dalam mengendalikan hama tikus.
Anda punya pengalaman lain mencegah dan mengatasi hama tikus?
Semoga bermanfaat!

Apa itu padi dan beras Ampek Angkek?

Masih ada sebagian masyarakat bahkan petani yang masih keliru pemahaman tentang padi ampek angkek dan beras ampek angkek. Karena beranggapan bahwa beras ampek angkek adalah beras hasil padi yang di tanam di kecamatan ampek angkek. Itu adalah sebuah kekeliruan sebab padi yang di tanam di kecamatan ampek angkek ada berbagai varietas seperti padi kuriak kusuik, padi saratuih, padi kusuik putiah, padi ampek angkek dan lainnya. Padi ampek angkek di tanam oleh 65 persen petani di kecamatan ini.
Tidak seperti di tempat lain dimana sebut saja beras A , namun varietas padinya berbagai macam, tapi tetap disebut beras A.


Lalu bagaimana dengan padi dan beras ampek angkek?
Padi ampek angkek adalah padi hasil pemurnian dari padi randah putiah yang mempunyai umur panen 165 hst yang telah dilakukan oleh kelompok tani Karya Pembangunan di nagari balai gurah. Namun saat ini perkembangan dari benih padi ampek angkek ini sedikit terkendala karena belum mempunyai label biru atau belum di lepas oleh Kementan RI. Tapi petani tetap mengembangkan padi ampek angkek atau yang dulu dikenal dengan padi randah putiah. Saat ini juga sedang di uji coba penanaman padi ampek angkek yang telah melalui proses radiasi oleh BATAN , sehingga diharapkan bisa memperpendek umurnya.
Satu hal lagi. Padi ampek angkek mempunyai rasa khas jika ditanam di kec ampek angkek, kec canduang, kec banuhampu, kec tilatang kamang, kec kamang magek kabupaten agam dan di kota bukittinggi bagian timur. Padi ampek angkek juga dapat tumbuh dengan baik di tempat lain, namun rasa nasinya berbeda dengan hasil dari daerah tadi. Hal ini disebabkan faktor tanah dan air.
Nah, hasil dari padi ampek angkek inilah yang kemudian menjadi beras ampek angkek. Bukan beras yang ditanam di kecamatan ampek angkek. Hal ini perlu di pahami agar nanti namanya beras ampek angkek, tapi isinya bukan hasil panen dari padi ampek angkek itu sendiri.

Mewaspadi gagal panen padi

Sejak akhir tahun lalu, sudah ada sebagian petani padi yang membeli beras , padahal mereka adalah penghasil beras. Hal ini terjadi akibat musim panas pada pertengahan tahun lalu sehingga banyak petani yang gagal panen. Pemerintah melalui Kementan sudah memperbaiki berbagai jaringan irigasi, bantuan alsintan bagi petani, namun jika cuaca tidak mendukung, petani pun mengalami kerugian.
Untuk mengantisipasi agar hal tersebut tidak terjadi, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh petani padi :
1. Ikut dalam program AUTP (Asuransi usaha tani padi). Dengan hanya membayar Rp 18 ribu untuk setengah hektare lahan sawah per waktu tanam, petani terlindungi dengan program AUTP ini, walaupun di nanti padi mengalami gagal panen baik karena kekeringan, banjir, hama penyakit dan hama tikus kecuali hama burung. Banyak petani yang kadang menyesal tidak ikut AUTP ketika padinya mengalami kegagalan. Padahal hanya seharga sebungkus rokok, jika gagal dapat mengklaim rp 3 juta untuk setengah hektare tersebut. Dan jika ada penundaan tanam, petani bisa melaporkan ke Jasindo. 


2. Petani padi pun hendaknya juga bertanam tanaman hortikultura agar waktu luang dalam budidaya padi dapat berguna. Karena jam kerja efektif petani padi mulai dari menyemai benih hingga panen, hanya 15-20 persen saja tergantung umur varietas padi.
3. Petani jangan lagi membiasakan menjual hasil panen dalam bentuk padi / gabah kering panen (gkp). Dengan mengolah sendiri gkp menjadi beras, maka keuntungan petani pun akan bertambah. Ini dapat di mulai dengan mengolah sendiri gkp secara berangsur2. Dengan pengolahan yang baik, tentu akan menghasilkan beras yang berkualitas dan petani dapat menjualnya kepada tetangga atau pedagang beras. Disamping itu pun masih banyak yang bisa dilakukan oleh petani seperti membuat tepung beras dan berbagai makanan olahan dengan bahan baku dari tepung beras tersebut.
Dengan melakukan hal tersebut, petani akan mendapat nilai tambah daripada hanya sebagai penghasil padi saja. Karena petani yang dengan susah payah dalam membudidayakan padi, tapi jika hanya menjual dalam bentuk bahan mentah, tentu petani hanya akan terus berputar disitu saja.
Petani lah yang akan mampu merubah nasibnya, karena petani mempunyai keterbatasan tenaga dan umur untuk terus bermain dalam lumpur.

Sabtu, 24 Juni 2017

Mengatasi hama burung pada tanaman padi dengan menggunakan jengkol (jariang)

Jika padi telah mulai menguning, hama yang di takutkan petani adalah hama burung. Hama burung ini kalau tidak di atasi, bisa mengakibatkan kerugian yang besar bagi petani. Bahkan pemerintah dengan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) tidak memasukkan hama burung dalam OPT penyebab kerusakan padi.
Berbagai upaya telah coba di atasi petani untuk mengatasi hama burung ini. Ada dengan orang2an sawah, memasang benang di atas padi dan ada pula dengan memasang waring, walaupun ini efektif tapi biaya cukup besar. Serta ada pula dengan memakai pestisida alami dari jengkol yang di letakkan disawah.
Tergantung mana yang di sukai petani atau ada cara lain yang lebih baik?


Jengkol atau jariang, selain untuk makanan, juga bisa digunakan sebagai sarana pengusir hama burung di sawah. Seperti yang dilakukan oleh salah seorang anggota kelompok tani Rimbun di nagari ampang gadang dengan memanfaatkan jengkol untuk mencegah burung hinggap di padi dan mencegah hama tikus.
Caranya;
1 kg jengkol di potong sebesar dadu, lalu di rendam dalam 1 liter air selama 24-36 jam. Air rendamannya dimasukkan ke dalam botol air mineral, setengah nya. Dibagian sampingnya di buatkan lubang sehingga aroma jengkol nya menyebar. Botol di gantung di sawah, lebih banyak lebih baik. Aroma jengkol inilah yang membuat burung enggan menghampiri padi. Air rendamannya jengkol di ganti setiap 15-20 hari.
Juga bisa dengan menyemprotkan ke areal sawah dg 1 liter air rendaman /
15 liter air , sekaligus untuk mengusir tikus. Air rendaman jengkol ini bisa di siramkan ke lubang tikus. 

Tahapan pembuatan ramuan jengkol untuk mengatasi hama burung :
1. Siapkan jengkol 1 kg, lebih baik yang sudah tua
2. Kupas jengkol, lalu di potong sebesar dadu, bisa juga dengan kulitnya
3. Rendam potongan jengkol dalam 3-5 liter air, lebih sedikit airnya akan lebih baik karena baunya akan lebih terasa
4. Rendam selama 24-36 jam
5. Air rendaman berikut jengkol dimasukkan kedalaman botol mineral yang sedang, setengah nya saja
6. Lubangi botol disamping atas nya agar aroma jengkol menyebar
7. Gantung botol di sawah dengan jarak 10-15 meter, lebih rapat lebih baik
8. Ganti atau tukar air rendaman jengkol setiap 15-20 hari
Dengan cara seperti ini, burung akan enggan menghampiri padi dan petani pun dapat menikmati hasil panen yang lebih baik, di saat sekarang ini harga GKP sangat tinggi, rp 7000/kg.
Selamat mencoba

Rencana kerja Poktan Rimbun 2017

aratuih hari, cisokan dan lainnya. Mulai dipasarkan akhir bulan ini dg kemasan 2,5,10 dan 20 kg.
2. Peningkatan produksi dan kualitas beras ampek angkek
- membuat lantai jemur
- melanjutkan realisasi pengadaan gabah dg sejumlah keltan
- perluasan jaringan pemasaran
- mengupayakan penambahan lahan sawah kelompok
3. Karena hingga saat ini pendanaan pengadaan masih dr swadaya keltan, maka perlu menjalin kerjasama dg pihak perbankan, atau pola kemitraan dg BUMD/BUMN serta melalui LPDB.
4. Mengadakan pelatihan untuk menambah ilmu, keterampilan serta mengembangkan ke wirausaha an anggota kelompok. Tahap awal, pd awal bulan depan akan diadakan pelatihan kewirausahaan yang bekerja sama dg salah satu perguruan tinggi negeri.
5. Terus mengembangkan pertanian organik dg penambahan komoditi serta memproduksi secara massal kompos organik.
6. Meningkatkan produksi dan luas tanam tanaman cabe, bawang merah dan pepaya.
7. Pemasaran sayuran dg kemasan yang higenis dan menarik.
8. Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia
9. Membuat gudang kelompok 

10. Penggadaan Pengglingan padi
10. Perluasan kandang ternak
11. Melakukan studi banding untuk memotivasi anggota dg belajar dari keberhasilan petani di daerah lain.
Semoga semuanya dapat dai wujudkan demi kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitar.

Karanok, alternatif sistem tanam padi selain jajar legowo

"KARANOK ", demikian kami petani di nagari ampang gadang, kec ampek angkek, kab Agam menyebut untuk tanaman sisipan padi yang ditanam secara acak /sembarangan, yang berguna sebagai penyisip rumpun padi yang mati karena di makan keong atau sebab lainnya. "Karanok " ini dipindahkan untuk menyisip rumpun tanaman yang mati tersebut pada 10-20 hst.
Dalam perkembangannya, tidak jarang pula "karanok " tsb tidak sempat dipindahkan karena tidak ada lagi rumpun padi yang akan disisip. Dari penanaman "karanok " yang tertinggal itu, pertumbuhan dan perkembangan "karanok " yang ditanam di tengah 2 diantara 4 rumpun (sistem tanam tegel , memiliki pertumbuhan yang seragam dg tanaman lainnya dibandingkan dengan karanok yang ditanam sejajar dg tanaman lain.
Didasarkan hal tersebut, kami mencoba menyederhanakannya dengan mengkombinasikan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1. Caranya adalah dengan menanam dengan jarak tanam 35x 35 cm dan antar lorong / setiap 4 baris 1,5 kali jarak tanam (sekitar 52,5cm). Kami mencobanya dengan dua cara yaitu cara pertama dengan menanam "karanok " disetiap antara baris 1 dan 2, baris 3 dan 4 pada barisan tanam dan cara kedua tetap sama dengan cara pertama namun dilewati satu dalam barisan tanam . Dengan cara pertama, ada penambahan rumpun 35 persen dibanding sistem tanam tegel dan cara kedua penambahan 25 persen. Kalau jarwo peningkatan 33 persen. Dengan karanok ini, pertumbuhan tanaman seragam, kalau jarwo tanaman sisipannya cenderung pertumbuhan nya lebih kecil.
Uji coba ini dilakukan pada 8 petak sawah dimana satu petak di tanam dg berbagai sistem tanam yaitu tegel, jarwo 4 : 1 dan karanok cara 1 dan 2. Padi yang ditanam varietas lokal, yaitu padi ampek angkek, padi cisokan dan padi kusuik putiah. Namun kami sedikit mengalami kendala karena faktor cuaca yang kurang mendukung, yang saat ini curah hujan yang berkurang. Walaupun demikian, cara ini kami yakini dapat meningkatkan hasil panen.

Setelah panen, berikut hasil yang kami dapatkan.
Kami pun telah mencoba dengan cara "karanok" dimana tanaman sisipan ditanam di antara rumpun. Ini adalah pengembangan dari jarwo 4:1 yang tanaman sisipan di pinggir, tapi kalau karanok di tengahnya. Karena masih uji coba, "karanok" tersebut kami tanam di antara setiap 4 rumpun utama.
Jika dengan sistem tanam tegel, padi varietas ampek angkek menghasilkan 8,2 ton/ha yang terdapat 78.600 rumpun /ha, dengan sistem karanok ini didapatkan hasil 10 ton/ha dengan 92.800 rumpun /ha, jumlah anakan produktif rata2 54.
Pada MT berikutnya, sistem karanok ini akan kami kembangkan dan sempurnakan lagi agar hasil panen dapat meningkatkan dan kesejahteraan petani pun tercapai.