YANG PAHAM NASIB PETANI, CUMA PETANI
*Saatnya Antarkan Wakil Petani ke Kursi Dewan*
Eksistensi petani dalam menyongsong pesta demokrasi tahun depan tidak bisa dipandang sebelah mata. Kuantitasnya yang sangat mendominasi merupakan sebuah power yang sangat dahsyat untuk meraih sebuah tahta kemuliaan. Namun dibalik semua kelebihan kuantitas tersebut, seolah-olah organisasi masa yang tersebut selama ini seakan *"menjadi tamu di rumahnya sendiri"*.
Semua itu lantaran sangat minimnya keterwakilan massa terbanyak tersebut dilembaga yang sangat terhormat yakni dewan perwakilan rakyat. Kalau lah kita boleh ekstrim, petani hanya sering dijadikan objek *"iming-iming agenda lima tahunan"* semata. Dikala hajat telah terpenuhi, harapan tinggal harapan, janji tinggal janji dan kehidupan para *"pahlawan pangan"* tersebut kembali seperti biasa.
Memang ironis, memang miris kita melihat kehidupan para petani yang harus bekerja keras dengan berbagai multi kendala dan masalah yang dihadapinya. Seperti halnya, semakin tingginya biaya produksi, serangan hama yang tak diduga, terkadang juga masalah pemasaran yang belum berjalan secara maksimal.
Semua itu solusinya, harus ada kebijakan yang mengarah pada peningkatan standar hidup petani yang lebih layak lagi. Kita juga tidak munafik, sudah banyak program yang dikucurkan pemerintah untuk menepis semua permasalahan yang ada. Namun program yang bersifat "top down" seakan tidak mampu menjawab semua masalah yang dihadapi para petani. Sangat diperlukan serapan aspirasi yang bersifat "button up" dan sangat mengetahui sedetail mungkin akar permasalahannya.
Nah, tentunya program yang lahir dari keinginan para petani itu harus dibarengi dengan kehadiran orang-orang yang sangat paham serta mengetahui seluk beluk masalah dunia pertanian. Mereka tersebut diharapkan mampu menjadi *penyambung lidah* bagi para petani dalam memutuskan berbagai kebijakan dunia pertanian yang berpihak kepada kepentingan para petani itu sendiri.
Untuk menjawab kondisi itu, mau tidak mau, suka tidak suka, kalangan insan pertanian yang sangat paham dan mengerti serta memiliki naluri akan dunia pertanian begitu dibutuhkan untuk mewakili petani *"duduk"* di lembaga legislatif, baik tingkat kabupaten kota, propinsi maupun pusat.
Mumpung tahun depan merupakan pesta agenda lima tahunan untuk merubah nasib petani, tidak ada istilah lagi para petani yang tidak mau menyalurkan aspirasinya lantaran sudah pesimis terhadap kondisi selama ini, karena khusus di kabupaten kota, atau propinsi sudah ada kalangan para calon-calon anggota legislatif itu berasal *"MURNI DARI PETANI"*. Malahan sudah ada muncul calon-calon anggota legislatif tersebut berasal dari orang-orang yang selama ini berkecimpungan sebagai pelaku kebijakan ditataran birokrasi yang sudah memasuki purna tugas serta orang yang memiliki naluri yang tajam akan kemajuan dunia pertanian.
Saat ini hanya tinggal lagi bagi kita, akankah amanah tersebut akan kita berikan kepada mereka yang tidak mengerti sama sekali dengan permasalahan kita selaku petani atau minimal untuk satu periode ini kita berikan peluang dan kesempatan kepada *insan-insan terbaik* mereka untuk mencoba mewakili insan-insan pertanian di lembaga legislatif guna bisa berbuat lebih banyak lagi untuk para petani-petani serta para pelaku pertanian yang sudah sangat paham akan keruwetan yang dihadapi petani selama ini.
Kalaupun kita sudah sepakat untuk tahun depan *mengusung insan terbaik petani* ke lembaga legislatif, tentunya sikap kita tidak hanya sekedar memberikan "like" pada setiap postingan yang ada, namun sikap menyatukan suara dengan merapatkan barisan khusus bagi para petani tentunya akan membawa imbas yang sangat signifikan.
Tidak ada waktu lagi, segera ajak teman-teman petani untuk merapatkan barisan dengan rasa dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk memberikan amanah kepada *"kawan-kawan terbaik petani* atau kepada *orang yang sangat paham akan dunia pertanian* untuk duduk sebagai anggota dewan periode mendatang.
Sekaranglah saatnya, kita para petani bangkit untuk menjadi penentu kebijakan dunia pertanian di daerah kita sendiri, karena "orang yang tahu akan nasib petani lah yang akan mampu berbuat lebih banyak lagi untuk dunia pertanian". Selamat berjuang para insan terbaik pertanian, selamat merapatkan barisan bagi "pahlawan pangan", *tunjukkan pada dunia*, kalau petani itupun bisa sebagai subjek tatanan pemerintahan, bukan hanya sebagai objek semata.
*Ayooo...antarkan wakil petani kita duduk di kursi dewan yang terhormat tahun depan, kalau tidak sekarang, kapan lagi, kalau tidak dari kita kalangan petani, dari siapa lagi, karena dewasa ini sudah saatnya petani untuk bicara, baik bicara aspek pertanian khususnya dengan tidak mengesampingkan aspek pembangunan di bidang lainnya. .....*
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri yang mengubah keadaannya sendiri. (QS Ar Ra'ad 11).
( *Wahyu Al Ghifari* : Penulis Pemerhati Masalah Pertanian dan Sosial Kemasyarakatan)
Salam Berkarya
*Saatnya Antarkan Wakil Petani ke Kursi Dewan*
Eksistensi petani dalam menyongsong pesta demokrasi tahun depan tidak bisa dipandang sebelah mata. Kuantitasnya yang sangat mendominasi merupakan sebuah power yang sangat dahsyat untuk meraih sebuah tahta kemuliaan. Namun dibalik semua kelebihan kuantitas tersebut, seolah-olah organisasi masa yang tersebut selama ini seakan *"menjadi tamu di rumahnya sendiri"*.
Semua itu lantaran sangat minimnya keterwakilan massa terbanyak tersebut dilembaga yang sangat terhormat yakni dewan perwakilan rakyat. Kalau lah kita boleh ekstrim, petani hanya sering dijadikan objek *"iming-iming agenda lima tahunan"* semata. Dikala hajat telah terpenuhi, harapan tinggal harapan, janji tinggal janji dan kehidupan para *"pahlawan pangan"* tersebut kembali seperti biasa.
Memang ironis, memang miris kita melihat kehidupan para petani yang harus bekerja keras dengan berbagai multi kendala dan masalah yang dihadapinya. Seperti halnya, semakin tingginya biaya produksi, serangan hama yang tak diduga, terkadang juga masalah pemasaran yang belum berjalan secara maksimal.
Semua itu solusinya, harus ada kebijakan yang mengarah pada peningkatan standar hidup petani yang lebih layak lagi. Kita juga tidak munafik, sudah banyak program yang dikucurkan pemerintah untuk menepis semua permasalahan yang ada. Namun program yang bersifat "top down" seakan tidak mampu menjawab semua masalah yang dihadapi para petani. Sangat diperlukan serapan aspirasi yang bersifat "button up" dan sangat mengetahui sedetail mungkin akar permasalahannya.
Nah, tentunya program yang lahir dari keinginan para petani itu harus dibarengi dengan kehadiran orang-orang yang sangat paham serta mengetahui seluk beluk masalah dunia pertanian. Mereka tersebut diharapkan mampu menjadi *penyambung lidah* bagi para petani dalam memutuskan berbagai kebijakan dunia pertanian yang berpihak kepada kepentingan para petani itu sendiri.
Untuk menjawab kondisi itu, mau tidak mau, suka tidak suka, kalangan insan pertanian yang sangat paham dan mengerti serta memiliki naluri akan dunia pertanian begitu dibutuhkan untuk mewakili petani *"duduk"* di lembaga legislatif, baik tingkat kabupaten kota, propinsi maupun pusat.
Mumpung tahun depan merupakan pesta agenda lima tahunan untuk merubah nasib petani, tidak ada istilah lagi para petani yang tidak mau menyalurkan aspirasinya lantaran sudah pesimis terhadap kondisi selama ini, karena khusus di kabupaten kota, atau propinsi sudah ada kalangan para calon-calon anggota legislatif itu berasal *"MURNI DARI PETANI"*. Malahan sudah ada muncul calon-calon anggota legislatif tersebut berasal dari orang-orang yang selama ini berkecimpungan sebagai pelaku kebijakan ditataran birokrasi yang sudah memasuki purna tugas serta orang yang memiliki naluri yang tajam akan kemajuan dunia pertanian.
Saat ini hanya tinggal lagi bagi kita, akankah amanah tersebut akan kita berikan kepada mereka yang tidak mengerti sama sekali dengan permasalahan kita selaku petani atau minimal untuk satu periode ini kita berikan peluang dan kesempatan kepada *insan-insan terbaik* mereka untuk mencoba mewakili insan-insan pertanian di lembaga legislatif guna bisa berbuat lebih banyak lagi untuk para petani-petani serta para pelaku pertanian yang sudah sangat paham akan keruwetan yang dihadapi petani selama ini.
Kalaupun kita sudah sepakat untuk tahun depan *mengusung insan terbaik petani* ke lembaga legislatif, tentunya sikap kita tidak hanya sekedar memberikan "like" pada setiap postingan yang ada, namun sikap menyatukan suara dengan merapatkan barisan khusus bagi para petani tentunya akan membawa imbas yang sangat signifikan.
Tidak ada waktu lagi, segera ajak teman-teman petani untuk merapatkan barisan dengan rasa dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk memberikan amanah kepada *"kawan-kawan terbaik petani* atau kepada *orang yang sangat paham akan dunia pertanian* untuk duduk sebagai anggota dewan periode mendatang.
Sekaranglah saatnya, kita para petani bangkit untuk menjadi penentu kebijakan dunia pertanian di daerah kita sendiri, karena "orang yang tahu akan nasib petani lah yang akan mampu berbuat lebih banyak lagi untuk dunia pertanian". Selamat berjuang para insan terbaik pertanian, selamat merapatkan barisan bagi "pahlawan pangan", *tunjukkan pada dunia*, kalau petani itupun bisa sebagai subjek tatanan pemerintahan, bukan hanya sebagai objek semata.
*Ayooo...antarkan wakil petani kita duduk di kursi dewan yang terhormat tahun depan, kalau tidak sekarang, kapan lagi, kalau tidak dari kita kalangan petani, dari siapa lagi, karena dewasa ini sudah saatnya petani untuk bicara, baik bicara aspek pertanian khususnya dengan tidak mengesampingkan aspek pembangunan di bidang lainnya. .....*
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri yang mengubah keadaannya sendiri. (QS Ar Ra'ad 11).
( *Wahyu Al Ghifari* : Penulis Pemerhati Masalah Pertanian dan Sosial Kemasyarakatan)
Salam Berkarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar